Tentang apa yang terjadi di bulan dua adalah sebuah keberlanjutan, yang membuat perbedaan perlahan kita satukan untuk mentranslasikan segala macam bentuk suka dan duka ke dalam pesan dan suara berbentuk sebuah cerita tentang dunia beserta problematik manusia yang kita bagi bersama dengan diselipi ritme tawa dan canda.
Cerita dan setiap kabar itu kini telah menjadi kebutuhan
bagi jiwa yang bahkan selalu ku nantikan hingga di sepertiga malam, dalam
hikmatnya rasa syukurku atas setiap habisnya waktu bersama denganmu, yang
menjadikannya sebuah candu di kala rindu yang senantiasa mewarnai sanubari dari
hitam putihnya semestaku yang selalu abu.
Karena waktu dan kamu adalah keterikatan yang hadirnya
selalu aku nantikan, dalam liarnya rasa bertahan untuk membunuh kebosanan dan
menjaga kepercayaan, yang telah sama-sama kita tanamkan guna memendam pikiran
buruk sang prasangka yang sering kali menodai benak dan logika di masing-masing
kepala kita dengan tanda tanya berupa kombinasi duga di kala jarak berlaga.
Kini kita telah sama-sama menjadi tokoh utama dari cerita
yang di mana bab 1, bab 2 dan seterusnya ada pada kendali dari masing-masing kita
dalam menuliskan maha karya rasa, menciptakan kenangan dari kebersamaan dan
menghadapi permasalahan yang tak tertebak dari mana asalnya bagai munculnya
sosok tokoh ke tiga dalam cerita.
Walau bila berakhir tak seindah kisah Cinderella, biarlah
cerita kita bagai Ramayana diriku sebagai Rahwana dan engkau adalah Dewi Sinta,
aku keburukan dan engkau adalah kesempurnaan, besar harapanku agar kau dapat
mengerti bahwa ketulusan itu nyata dan bisa dirasakan walau dari perbedaan yang
sulit untuk bisa disatukan.
1 komentar:
graciasđź’—
Posting Komentar