Distopia Primordial

Minggu, 31 Desember 2023

Banyaknya kawan yang mati karena usia ada juga yang mati karena tentara keduanya seakan sama saja tidak jauh berbeda sama-sama menegaskan bahwa pada akhirnya ini hanyalah sebuah perjalanan usang menyambut mati. Namun konon sebelum mati manusia akan dihadapkan sebuah opsi kondisi mati yang berlandaskan kebiasaan dalam kehidupannya sehari-hari.



Ada yang mati terlihat bijaksana dalam ibadah di sepertiga malam, ada juga yang mati dengan binal dalam kombinasi alkohol dan narkoba yang nampak bersahabat di malam ke-lima pesta setelah pulang kerja. Namun seakan memilih untuk memutuskan matinya diri sendiri adalah tindakan haram yang sangat tidak terpuji di hadapan sang mata Ilahi.



Namun mengapa Tuhan seakan ingin menang dalam segalanya. Seakan memilih untuk bunuh diri adalah suatu penghinaan dalam skala terdekat menjual Tuhan bagai Yudas. Apakah Tuhan tidak ingin ditentang atas kuasanya setelah memberikan jatah umur untuk ciptaannya? Apa mungkin Tuhan tidak lebih jauh berbeda seperti tirani yang bertahun-tahun berkuasa dan berhak bebas pilih dan tembak mencabut nyawa warga.



Apakah Tuhan sengaja untuk merumuskan manusia untuk menjadi hiburan atas prosess matinya raga manusia. Namun apakah Tuhan di sana cenderung jauh lebih terhibur dengan matinya seorang pendosa secara bertahap dimulai dengan kebiasaan buruk yang berimpak pada kesehatan yang mengerogoti kesehatan untuk mengantarakannya pada skenario kematian ciptaan Tuhannya.



Maka dari itu sudah setepatnya interpretasi nyawa manusia terlihat lebih jelas dalam bentuk podium dan kemegahan Arena gladiator. Tidak lebih hidup dan matinya manusia menjadi hiburan bagi sang raja dan siapa saja, Walau pada akhirnya kejayaan terikat senantiasa ada sebuah komplikasi problematik bagi yang hidup maupun yang mati.



Bila hidup dan mati adalah tentang cerminan dari mengemban konsekuensi. Maka bunuh diri ialah seharusnya merupakan salah satu bentuk opsi yang boleh manusia pilih tanpa paksaan maupun keadaan bagi yang terobsesi memilih mati di usia muda. Maka persetan dengan jatah umur bila dalam jatah umurmu yang diberi hanya dituliskan untuk menjalani perulangan Sisyphus dalam versi mencari sepiring nasi yang terus diulang berkali-kali di setiap pagi.

0 komentar:

Posting Komentar