Januari mungkin adalah tempat di mana resolusi menjadi nyala api tapi sayangnya itu tidak terjadi di setiap lini, ada yang mengawalinya dengan canda ada juga dengan derita karena begitulah cara realita membentuk sebuah cerita guna memberi warna pada dunia dan seisinya agar lebih bermakna bagi siapapun yang menyimaknya.
Seakan bulan ini menjadi pengantar dari suatu definisi
tentang apa yang ada dalam hidup ini, mulai dari rencana bunuh diri hingga
mengungkapkan rentetan isi hati yang jawabannya tidak melulu memuaskan
ekspetasi, namun pasti dari apa yang telah dipilih di sana melekat konsekuensi
tanpa eksplanasi yang menghinggapi jalannya hidup ini.
Banyaknya kerumitan yang telah terjadi membawa arti pada
hari ini terutama tentang komedi yang pada akhirnya menjadi tragedi yang
memaksa untuk ditangisi tanpa harus sibuk dipikiri, seakan segala duka dan luka
tinggal menunggu gilirannya untuk pergi dari sanubari hati sehabis memukul
rentanya jiwa di ambang pasrahnya sakit dan tawa.
Januari membuatku menjadi sosok yang mudah curiga terutama
terhadap orang yang terlihat bahagia namun sejatinya memendam rasa sakitnya,
dan juga mengajariku untuk seringkali berprasangka pada orang yang nampak
menderita karena belum menyadari nikmat yang ada, layaknya bahagia dan derita
mempartisi setiap diri ke dalam berbagai macam suatu komplikasi kondisi yang
tidak terdefinisi secara teori dan asumsi.
Tidak lebih perasaan manusia bagaikan sebuah latar pertunjukan dan setiap orang mempunyai peranannya secara bergantian dalam pementesan sebuah drama tragedi komedi, ada yang sedih hari ini lalu tertawa di minggu nanti, ada yang bahagia sore ini namun terluka pada malam hari nanti, semua terjadi tanpa ada pola transisi yang pasti.
0 komentar:
Posting Komentar