Pretext

Selasa, 27 Desember 2022

Pada hari ini penyimpangan memanfaatkan setiap besar dan kecilnya peluang yang ada untuk memperoleh penerimaan dari masyarakat, bagaikan duri yang menancap dalam-dalam pada peradaban manusia yang akan meracuni rangkaian jalan panjang bijaksananya hasil pembelajaran yang diperoleh melalui berbagai macam peristiwa dan kontroversi di meja diskusi yang saat ini menjalankan dunia.



Menempatkan mereka menuntut kejelasan legalitas di atas kertas dalam gembor pawai sandiwara kebanggaan, sembari mengambil perananan sebagai tokoh pembebasan manusia dari cengkraman kolotnya nilai-nilai agama yang dianggap malah membunuh kemanusiaan dan perbedaan, walau pada nyatanya mereka tidak lebih dari sekumpulan kesalahan yang seharusnya menjadi musuh bagi yang masih mempunyai kewarasan.



Mereka adalah ancaman yang begitu besar dan nyata bagi manusia di zaman yang serba terbuka di era digital yang menjadi sebuah pintu masuk beragam tipu muslihat, yang telah disiapkan bagi kita semua untuk mengkonsumsi segala macam bentuk pembodohan massal yang akan memenggal hakikat & jati diri sebagai manusia.



Tataplah sebuah dunia di mana nanti peradabannya akan penuh dengan degenerasi sejak segala bentuk penyimpangan perlahan telah ditoleransi, sebuah dunia di mana seorang laki-laki kehilangan maskulinitas beserta kewibawaannya, dan perempuan kehilangan harga dirinya sejak prostitusi sudah dibenarkan dengan alasan keadaan kehidupan yang begitu keras sehingga tak apa bila dimaklumkan dan dibiarkan.



Kebenaran dan kebebasan adalah milik mereka semata dan yang berada di sisi pertentangan dengan mereka adalah penjajah yang primitif dan minim literasi, sebab hanya mereka sosok yang menghakimi terbuka atau tertutupnya pemikiran seseorang hanya dengan berdasarkan naluri dan hasrat mencaci bila argumentasinya telah mati dikebiri rentetan bukti biologi dan psikologi.



Hak asasi tidak tersaji untuk mendukung dan melindungi penyimpangan para pecandu nafsu birahi maka dari itu sekumpulan aktivis pengecut itu bersembunyi dalam sucinya cinta dan kasih, seakan tidak ada opsi bagi mereka guna memperbaiki diri ke arah nilai kebenaran untuk menjalani hidup sebagai pria atau wanita dalam menjalin rasa cinta.

0 komentar:

Posting Komentar