Tuhan dengan kebesaran kuasanya ia dengan bijaksana menciptakan dunia dengan penuh warna untuk menghadirkan bumi makna, sehingga terbentuklah perbedaan yang menjadi latar belakang masing-masing manusia di dunia, kini perbedaan telah menjadi ibu bagi sebuah keberagaman yang saat ini tersisip di masing-masing diri manusia dalam menjalani keseharian hidupnya.
Perbedaan dalam isi kepala adalah mahakarya Tuhan yang
ada pada diri manusia, bagaimanapun isi kepala tidak akan pernah berjalan sama,
yang ada hanyalah sebuah kesepahaman yang diperoleh melalui penalaran dari
rentetan disiplin ilmu yang diproses secara berkala bersama-sama untuk dipelajari
dan dikaji lebih lanjut untuk memperoleh suatu kebenaran yang disepakati.
Hingga akan tiba suatu titik di mana sebuah pemahaman
akan menjadi ibu yang melahirkan pemahaman yang berbeda dengan berlandaskan
pemahaman tersebut, maka dengan demikian sebuah bidang ilmu pengetahuan akan
berkembang seiring berjalannya perbedaan pemahaman yang terus-menerus
melahirkan berbagai sudut pandang baru dan memanfaatkan potensi dari suatu
bidang ilmu pengetahuan tersebut.
Namun manusia mempunyai suatu ketakutan terhadap sesuatu
yang berada di luar sepengetahuannya dan ketakutan-ketakutan tersebut sering
kali memberi dampak pada norma dan nilai-nilai sosial yang dipengaruhi suatu
ketakutan, maka terbentuklah suatu kultur yang kemudian diadopsi menjadi norma
dalam kehidupan sehari-hari bagi manusia yang mempunyai kesepahaman yang sama
terhadap nilai-nilai tersebut.
Pembungkaman terhadap ketidaktahuan bukanlah suatu solusi,
apalagi hanya berserah diri dan cenderung memilih diam kepada suatu ketakutan kepada
hal yang tidak diketahui, karena pada akhirnya ketidaktahuan akan tetap menagih
jawaban yang dapat dijelaskan dan dipertanggungjawabkan kebenarannya bukan
dengan sekedar asumsi dan teori bualan yang dapat dengan mudah diucapkan tanpa
adanya kesadaran.
Hal tersebut akan terus menjadi tantangan bagi para
pemikir untuk mengeksplorasi lebih jauh lagi walau harus melewati batas norma
dan nilai-nilai sosial yang ada, karena untuk memperoleh pengetahuan dibutuhkan
sebuah dedikasi bagaikan Dewa Odin yang merelakan salah satu matanya di sumur
Mimir karena ketakutkannya terhadap suatu ketidaktahuan yang akan terjadi di
Ragnarok.
0 komentar:
Posting Komentar