Menafsir Mayapada

Kamis, 07 April 2022

Hari di awali dengan sembutan sang mentari sebagai pertanda untuk mengakhiri mimpi dan segera kembali menghadapi kenyataan yang akan terus berulang hingga masuk ke liang, sehingga tidak ada lagi alasan bagi jiwa untuk hilang dalam bimbang karena telah sejatinya berada di ambang untuk menjadi pemenang atau pasrah menunggu tumbang.



Menelusuri kebijaksanaan melalui berbagai macam sumber bacaan dan cobaan yang bisa direnungkan untuk mengisi pengetahuan ke dalam ruang pikiran. Pesta literasi akan menjadi saksi tentang upaya memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi dari hari ini, besok dan seterusnya sebagaimana kodrat manusia yang tetap selalu erat dengan stigma dan prasangka.



Sebab pasti kita semua banyak beda namun tetap satu dalam pena sehingga saling kritik adalah bagian awal pesta menyiasati Mayapada, maka petiklah setiap diskusi yang selalu menghadirkan arti yang senantiasa harus dikaji untuk dibagi guna mengedukasi diri sendiri dan orang lain dalam ranah pemahaman yang didapatkan melalui buka obrolan walau saling bersebrangan.



Perbedaan pemahaman akan melahirkan pemahaman yang berbeda juga bagi logika dan doktrin yang cenderung memicu pertentangan berkelanjutan. Sebab perbedaan di berkehidupan bukan sekedar yang terdefinisi antara hitam dan putih bertajuk filosofi Yin dan Yang, lebih dari itu merah, biru dan jingga juga merupakan bagian dari sebuah perbedaan yang harus dipertimbangkan.



Mayapada menuntut semua untuk saling mengerti bukan sekedar mengetahui dan lantas berikrar lalu beringkar, semua aspek saling terhubung 1 sama lain bagaikan sebuah lingkaran yang di dalamnya menaungi segala macam perbedaan latar belakang pemahaman dan bermacam-macam jenis pemikiran liar dan imajiner manusia yang beragam dan cenderung tidak sejalan.



Keadaan yang akan menunjukan siapa kita baik saat susah maupun mudah dalam menyikapi perbedaan, persetan dengan butiran pasal yang menyangkut toleransi dan hak asasi, bila mana diri sendiri tidak mampu memahami sebuah perbedaan maka toleransi dan hak asasi hanyalah sebuah angan-angan yang hanya jadi dambaan atas doktrin yang tercantum dalam buku pelajaran kewarganegaraan.

0 komentar:

Posting Komentar