Jatuh hati adalah nasib maka mencintai adalah konsekuensi, karena di kala kasih antara 2 hati itu saling terjalin akan melahirkan banyak opsi yang harus dipilih dan disikapi sepenuh hati, sebab setiap yang dipilih melahirkan opsi kembali sehingga tidak ada lagi pilihan untuk menerima dan menjalani setiap konsekuensi dari rentetan opsi.
Di sanalah akal dan perasaan yang sering tak sejalan
dituntut untuk saling sepakat dan berdampingan. Karena apa yang terjadi selalu
di luar dari apa yang telah dibayangkan maupun diperhitungkan, tanyakanlah pada
diri sendiri apakah perasaan dan pikiran dapat saling berkompromi menghadapi
sebuah kenyataan dalam percintaan?.
Konsekuensi dari mencintai adalah bertahan terhadap
kenyataan baik saat berdekatan atau di kala jarak sedang memisahkan,
perjuangkanlah hati untuk membunuh rasa bosan itu yang sering datang tanpa
diharapkan, karena untuk bersama orang tersayang adalah sesuatu yang layak
diupayakan tanpa sekali mengenal penyesalan karena cinta tidak menuntut tumbal
bertajuk pengorbanan.
Tanyakan pada diri sendiri apakah mampu mengendalikan
kemudi perihal prasangka dan berhenti menduga-duga kemungkinan yang memicu rasa
marah dan sakit belaka. Bertahan dari segala macam bentuk keburukan pikiran
yang membuat rusak perasaan karena pemikiran adalah sumber dari sudut pandang
yang sering kali keras kepala dan menolak percaya walau saling mencinta.
Keluh dan kekhawatiran malam ini tidak menjamin kesedihan
pagi nanti, maka berbahagialah bagi diri dan hati yang berani untuk menghadapi
kegelisahan malam ini karena pasti tersimpan kebahagiaan esok hari yang telah
menanti bersama sang kekasih, sehingga tidak ada lagi alasan bagi diri untuk
berprasangka negatif yang hanya menanam rasa curiga dan sakit di dalam hati.
1 komentar:
Wwihhh mantapppp brooo
Posting Komentar