Yang Murni Hanyalah Cinta Dari Diri Sendiri

Senin, 14 Februari 2022

Cinta saat ini dapat dengan mudah dinodai dari yang sebelumnya adalah murni ketulusan antar hati kini telah berbelok menjadi kepentingan ego pribadi, yang membuat cinta hanya sekedar menjadi sarana pelarian yang dapat dinikmati bagi siapa saja tanpa adanya pertanggung jawaban ataupun komitmen keterikatan dalam kalbu rasa.



Terkadang melintas di dalam benak “ Apakah Tuhan menghadirkan cinta pada diri manusia saat ia sedang bercanda? ” sebab absurdnya cinta sangat tidak tertebak dan sering kali hadir sebagai kejutan ataupun jebakan dalam romansa manusia, dan harus diakui bahwa cinta yang begitu brutal dan absurd adalah salah satu dari sekian banyaknya sumber kebahagiaan.



Sebuah hubungan butuh cinta namun cinta tidak selalu mengharuskan adanya sebuah hubungan, karena memanusiakan manusia adalah sebuah keharusan dalam menyikapi kenyataan dalam berkehidupan yang dipenuhi oleh berbagai macam perbedaan latar belakang di setiap kepribadian manusianya, walaupun pada dasarnya perihal perasaan adalah tanggungan pribadi manusianya itu sendiri.



Sebab manusia sebagai makhluk yang dikaruniai akal dan kemampuan berpikir oleh Tuhan telah diberkahi kemampuan untuk merasakan, menafsirkan dan mewujudkan rasa cintanya masing-masing, walau sering kali di antara kita berujung tidak dapat saling memahami dan menyadari ketika sedang berada di kondisi mencintai ataupun dicintai dan pada akhirnya berakhir dengan rasa kecewa yang berujung sakit hati.



Karena salah satu tujuan dari cinta ialah mempersatukan sebuah perbedaan dan saling mengisi sebuah kekurangan yang ada dalam setiap sudut-sudut antar pribadi, sisanya cinta akan membuat hidup lebih berwarna dan bermakna dalam menghadapi kenyataan dengan saling menjunjung tinggi hak antar pribadi sebelum menentukan kemudi.


                                                                               

Maka apakah gunanya cinta bila hubungan yang engkau jalin penuh luka dan rasa kecewa? persetan dengan aturan budaya dan tata krama masyarakat bila posisi perempuan hanya sebatas tentang melayani kebutuhan pria, dan persetan juga dengan segala macam bentuk ajaran dogma yang menampatkan perempuan layaknya seorang dewi yang bebas dan mempunyai kuasa penuh atas setiap ego dan kehendaknya.

0 komentar:

Posting Komentar