Cinta Tidak Pernah Adil Maka Lebih Baik Dibakar Saja

Kamis, 17 Februari 2022

Dari kisah sang Rahwana dalam Ramayana kita dapat belajar bahwasanya apa yang telah dijanjikan oleh semesta terkadang bisa berakhir dengan rasa kecewa, karena semua tidak melulu tentang makna dan siapa yang jatuh cinta di kali pertama sebab cinta layaknya sebuah lomba yang terbuka bagi siapa saja untuk ikut serta bersaing menaklukan hati sang pujaan dengan berbagai cara.



Pada dalam sebuah perlombaan dibutuhkan seorang pemenang maka sebuah hal yang wajar apabila sekumpulan para pecundang menghalalkan berbagai cara untuk bisa menang, segalanya akan diupayakan demi mewujudkan sebuah nafsu kesombongan berselimut kebanggaan demi perhatian atas pencapaian keberhasilan menaklukan dan memiliki hati sang pujaan yang jadi idaman bagi banyak orang di luar sana.



Karena pasti semua yang berlomba dalam cinta akan tereliminasi oleh kriteria dan spekulasi, dari watak, materi hingga status pribadi, karena hal yang pasti dan tidak dapat dihindari bahwa dasarnya manusia adalah makhluk ekonomi yang mempunyai kesadaran dan kehendak dalam menentukan yang terbaik bagi dirinya sendiri sehingga tidak seharusnya untuk mempersekusi seseorang yang mempertimbangkan opsi.



Yang menang tidak selalu yang rupawan maupun yang mapan dan yang sopan sebab sering kali kenyataan memberikan kejutan yang menempatkan seorang yang diabaikan bahkan bajingan sebagai pemenang dalam persaingan dalam segi cinta dan perasaan.



Dalam persaingan cinta ada saatnya Casanova harus kecewa dan Rahwana tersenyum bahagia, cinta secara kasar sering kali dianggap selalu bercanda oleh sebagian orang, namun nyatanya canda itulah yang sering kali menyebabkan perasaan bahagia bagi yang hatinya diterima oleh orang yang ia cintai sepenuh sanubari rasa.



Sebab apapun hasil akhirnya sering kali akan menjadi bubah bibir dan perdebatan yang tidak ada habisnya, namun bagi dua insan yang larut dalam menjalani cintanya segala omongan dan sindirian orang lain hanya sekedar angin yang lewat begitu saja, namun pasti akan tiba saatnya untuk mendengarkan omongan dan sindirian orang yang harus dikonversi menjadi suatu masukan sebagai bahan instropeksi dan evaluasi hubungan.

0 komentar:

Posting Komentar