Engkau adalah suatu bentuk kebesaran yang mengkaruniakan hidup diri ini nyawa dan akal, namun diri ini terlalu binal dalam menggunakan akal karena sering kali bertindak meninggalkan sang pemberi akal, engkau yang maha sakral aku tinggalkan dengan bengal layaknya skenario pada film jagal yang sengaja diredupkan agar tidak dikenal.
Kebinalan yang ada pada diriku telah menuntun ku
melampaui standarisasi dari nakal yang tidak bisa ditoleran, sepertinya akal
yang engkau berikan adalah suatu bentuk kombinasi lain dari anugerah dan
petaka, sejak manusia yang bernyawa dan sehat secara jasmani dan rohania engkau
beri kelulasaan dalam menggunakan akal sehat.
Aku menyakini bahwasanya setiap yang engkau karunia akal
dan kemampuan daya nalar akan diuji pada sebuah pilihan, dimana latar belakang
wawasan dan pengalaman akan menjadi penentu dalam sebuah keputusan, namun
engkau juga mengkaruniakan diriku nafsu sehingga untung dan rugi termasuk dalam
kalkulasi kala dihadapkan pada sebuah pilihan yang secara garis besar menyinggung
dan bertentangan dengan akidah.
Untuk mu yang maha mengatahui dan mengkehendaki setiap
kejadian di persinggahan, apakah pilihan yang engkau hadapkan pada ku adalah
suatu bentuk ujian berbasis decoy effect
Ilahi? guna menguji kualitas kebijaksanaan ketika akal beserta nafsu dan keuntungan pribadi diposisikan bertentangan
dengan akidah seorang hamba Tuhan.
Kebutuhan akan sosok Tuhan hari ini mungkin hanyalah
sekedar sebagai pelengkap kewajiban di kolom kartu identitas belaka yang dipersulit
rentetan birokrasi, membuat ku pada hari ini lebih memilih bagaimana cara
menghadirkan sepiring nasi dari pada sang kuasa pemilik rezeki, karena
kelaparan dan kenyataan hadir secara bersamaan dalam ruang kehidupan yang bisa dirampas
dan ditindas secara berkelanjutan.
Iman sering kali naik dan turun bagai candlestick pasar uang
dan bursa saham yang mempengaruhi pokok kebutuhan dan keinginan dalam
berkehidupan menjadi naik dan turun, dengan definisi lain kehadiran Tuhan hanya
dibutuhkan kala diri ini mencapai titik terendahnya, namun ketika diri ini
telah kembali di atas awan karena kebutuhan dan keinginannya terpenuhi Tuhan
beserta Nabi dan ajarannya kembali menjelma menjadi dongeng belaka media pelipur
lara bagi diri yang sedang dilumat kesulitan.
0 komentar:
Posting Komentar