Tafsir Sang Kafir

Senin, 20 Desember 2021

Aku melihat di sekitar fenomena pemuka agama menjual dongeng tentang kenikmatan surga dan kebrutalan siksa neraka, selagi mereka memanipulasi dan mengeksplotasi pola pikir para jemaah, yang mempercayakan hartanya untuk sebuah pembangunan ataupun kegiatan sosial yang nilai nominalnya selalu penuh rasa curiga yang cendurung memancing tanda tanya di dalam benak kepala.



Tidak jarang juga ada kisah yang terlintas di telinga, tentang mereka yang dipercayakan untuk mengemban tanggung jawab sebagai seorang pendidik di suatu instansi, namun malah memanfaatkannya sebagai wahana untuk kepentingan nafsu birahi, tidak peduli siswa maupun siswi selagi isi celana telah berdiri nafsu telah mengambil kendali maka persetanlah dengan martabat, posisi dan harga diri.



Bahkan ada juga bau tidak sedap yang sengaja dibiarkan terus semerbak, walaupun sejatinya mereka mengetahui bahwa sumbernya berasal dari pemukiman kumuh yang  jauh dari kelayakan dan kesejahteraan, namun sayangnya dari mereka hanya memilih mengabaikan begitu saja walau lokasinya sangatlah dekat dengan tempat peribadatan.



Apakah fungsi dari agama hanya bisa diimplemetasi apabila ada keperluan yang diharapkan terpenuhi? demi sebuah keperluan pribadi maupun kepentingan instansi, yang haus akan sensasi untuk memperoleh simpati, dan berakhir tak lebih dari sekedar perputaran uang yang dirotasi untuk mendulang keuntungan dari agama, kemanusiaan yang dijadikan langkah pijakan menuju jabatan maupun tujuan yang didambakan.



Ini semua adalah prasangka yang bersamayam di dalam kepalaku, sepenuhnya aku sadar dan memahami bahwa menilai rata semua orang suci kedalam satu arti bukanlah bentuk kebenaran yang hakiki, namun yakinlah bahwa prasangka ini terbentuk dari apa yang aku lihat, dengar dan alami sendiri dari keseharian hidup yang penuh ilusi.



Namun bagaimana cara yang pasti untuk dapat aku ambil dan jalani dalam menghadapi setiap kengerian dan penyimpangan yang terjadi saat ini? apakah lebih baik dibiarkan sampai tragedi dari kisah para nabi terulang kembali? apa sudah tidak ada lagi tempat bagi aku dan mereka di sisi sang ilahi karena sudah terlalu jauh dalam menikmati sesat.

0 komentar:

Posting Komentar