Distrik Raja Dosa

Sabtu, 20 November 2021

Ini adalah kisah tentang tempat ku lahir dan berasal, yang amat lekat dengan segala tindakan kriminal yang perlahan dianggap legal dan merambat halal, sebab segala macam bentuk norma sosial di sini secara perlahan mulai diabaikan dan ditinggalkan, sehingga basa-basi sosial tidak lagi diperlukan untuk menciptakan sebuah fundamental interaksi sosial yang terenkripsi dan menjamin kebebasan berlingual.



Megahnya kebutuhan finansial yang disertai kebutuhan seksual membuat mereka secara terselubung melegalkan kamasutra tanpa adanya ikatan pernikahan ataupun pertanggung jawaban, persetan istilah suka sama suka, apabila syarat transaksional terpenuhi dan kondom telah terinstall, langkah selanjutnya adalah eksekusi untuk saling bersenggama secara oral hingga anal demi mencukupi kebutuhan finansial.



Kami di sini sudah mulai lelah dan cenderung ingin berhenti terhadap segala macam bentuk perbincangan tentang harga diri ataupun memperjuangkan hak asasi, selagi masih butuh makan di esok hari kami menerima segala macam bentuk konsekuensi nasib untuk menjalani hari dengan kemeja tanpa dasi guna memenuhi target industri.



Bukannya kami enggan memperdalam literasi, tapi kenyataan di tempat ini diselimuti megahnya hagemoni oleh media penyesat pola pikir yang mencemari pemahaman masyarakat yang terstruktur demi keuntungan politisi dan industri, sehingga begitu sulit bagi setiap pribadi di dalam tempat ini untuk mempertahankan jati diri ataupun sekedar membuka ruang diskusi karena aparat di sini terlalu cepat menilai bagai juri.



Konon banyak dari mereka yang dari luar datang ke mari demi mengubah nasib tanpa mempertimbangkan harga diri dan hak asasi, banyak dari mereka yang tidak bisa kembali karena mati oleh kompetisi yang tidak manusawi dan cendurung mengedepankan relasi sebagai kunci untuk mengamankan posisi.



Sedangkan sang raja hanya duduk anggun di dalam istana, selagi kami menyetorkan uang pajak dan menunaikan ibadah kotak suara, tidak perduli warganya sedang dieksplotasi oleh preman berseragam yang kerap kali mengklaim dirinya sebagai abdi negara yang dengan terpaksa kami patuhi dan tidak boleh dikritisi dalam hal apapun.

0 komentar:

Posting Komentar