Ini adalah kisah tentang tempat ku lahir dan berasal, yang amat lekat dengan segala tindakan kriminal yang perlahan dianggap legal dan merambat halal, sebab segala macam bentuk norma sosial di sini secara perlahan mulai diabaikan dan ditinggalkan, sehingga basa-basi sosial tidak lagi diperlukan untuk menciptakan sebuah fundamental interaksi sosial yang terenkripsi dan menjamin kebebasan berlingual.
Megahnya kebutuhan finansial yang disertai kebutuhan seksual
membuat mereka secara terselubung melegalkan kamasutra tanpa adanya ikatan
pernikahan ataupun pertanggung jawaban, persetan istilah suka sama suka, apabila
syarat transaksional terpenuhi dan kondom telah terinstall, langkah selanjutnya
adalah eksekusi untuk saling bersenggama secara oral hingga anal demi mencukupi
kebutuhan finansial.
Kami di sini sudah mulai lelah dan cenderung ingin
berhenti terhadap segala macam bentuk perbincangan tentang harga diri ataupun
memperjuangkan hak asasi, selagi masih butuh makan di esok hari kami menerima
segala macam bentuk konsekuensi nasib untuk menjalani hari dengan kemeja tanpa
dasi guna memenuhi target industri.
Bukannya kami enggan memperdalam literasi, tapi kenyataan
di tempat ini diselimuti megahnya hagemoni oleh media penyesat pola pikir yang
mencemari pemahaman masyarakat yang terstruktur demi keuntungan politisi dan industri,
sehingga begitu sulit bagi setiap pribadi di dalam tempat ini untuk
mempertahankan jati diri ataupun sekedar membuka ruang diskusi karena aparat di
sini terlalu cepat menilai bagai juri.
Konon banyak dari mereka yang dari luar datang ke mari demi
mengubah nasib tanpa mempertimbangkan harga diri dan hak asasi, banyak dari
mereka yang tidak bisa kembali karena mati oleh kompetisi yang tidak manusawi
dan cendurung mengedepankan relasi sebagai kunci untuk mengamankan posisi.
Sedangkan sang raja hanya duduk anggun di dalam istana, selagi kami menyetorkan uang pajak dan menunaikan ibadah kotak suara, tidak perduli warganya sedang dieksplotasi oleh preman berseragam yang kerap kali mengklaim dirinya sebagai abdi negara yang dengan terpaksa kami patuhi dan tidak boleh dikritisi dalam hal apapun.
0 komentar:
Posting Komentar