Ketercewaan Dan Matinya Penjelasan

Sabtu, 06 November 2021

Selamat datang di kenyataan, tempat di mana harapan dan ambisi ditata sebagai intisari dan permaknaan sebuah kehidupan yang butuh tujuan, sering kali ada saatnya di mana kita dituntut untuk mempertaruhkan segalanya demi suatu harapan yang masih belum ada kejelasan dan masih bersifat penuh tanda tanya secara berkelanjutan.

 


Harapan adalah pemicu gairah kehidupan guna menutupi keterpurukan dan kesedihan sebagaimana yang diajarkan oleh Pandora, namun kini harapan berubah menjadi sumber keterpurukan dan kesedihan yang begitu menyakitkan yang anehnya bertransisi menjadi candu serupa nikotin yang hinggap di paru-paru dan angan-angan kehidupan yang dihisap sampai ke dalam jiwa dan sukma.

 


Begitu juga halnya dengan kehidupan, sebuah misteri tuhan yang penuh tanda tanya pada setiap incinya, sering kali engkau berharap kepada manusia tentang suatu kejelasan yang begitu dinantikan, namun yang engkau terima adalah ketersia-siaan yang dengan sengaja ditarik ulur membuang-buang waktumu ataupun hanya sekedar mengambil benefit dan mengeksploitasi segala kebaikan yang ada pada dirimu.

 


Terkadang orang baru datang dalam kehidupan dan perlahan mengetuk pintu hatimu, hingga secara perlahan juga tumbuh benih-benih perasaan yang terpicu dari obrolan dan kedekatan yang begitu intens, maka lahirlah sebuah harapan berkomposisi kebahagiaan dan kemesraan yang begitu indah apabila diwujudkan dalam bentuk hubungan yang spesial di antara kalian.

 


Namun kenyataan tidak searah dengan apa yang engkau harapkan, kebahagiaan dan kemesraan yang engkau dambakan hanya menjadi angan-angan dan bara pemicu luka di dada, ketika engkau ditinggalkan begitu saja tanpa kejelasan ataupun karena perbedaan pandangan, yang sering kali mengakibatkan keberpisahan dan kembali menjadi keterasingan satu sama lain tanpa ada lagi tegur sapa di antara kalian.

 


Sebaik-baiknya harapan adalah harapan yang siap diterpa ketercewaan, bagaimanapun juga bersedih tanpa upaya bangkit bukanlah jawaban untuk menjawab rasa kecewa yang menamkan nestapa, biarlah sebuah harapan tumbuh menjadi pemicu angan-angan yang disertai akal dan pemahaman sehat untuk memahami batasan dan tolak ukur pengambilan sikap atas kenyataan dalam berkehidupan.

0 komentar:

Posting Komentar