Bagi sebagian besar orang memahami bahwasanya pengalaman adalah guru terbaik bagi manusia, namun apakah komposisi dari pengalaman sehingga dapat dijadikan sebagai guru bagi manusia dalam menghadapi problematiknya sehari-hari menjalani kenyataan yang menuntut siapa saja untuk terus berkembang dan lebih bijaksana dalam menghadapinya.
Walau manusia telah dikarunia akal & kemampuan
memfilter oleh tuhan, tidak ada jaminan bahwa setiap kejadian akan menjadi
pembelajaran, sebab sampai kapanpun manusia tidak akan pernah belajar apapun
dari pengalaman bilamana permaknaan terhadap suatu kejadian hanya sebatas indra
belaka, dan sampai kapanpun kejadian yang ia alami hanya sebatas kejadian tanpa
adanya makna dan pembelajaran baginya.
Walaupun sebuah kejadian tersebut sering meninggalkan
luka dan duka bagi manusia, tanpa adanya hikmah yang dipahami kejadian tersebut
hanya berakhir menjadi histori dan cerita pengantar tidur dari generasi ke
generasi yang suatu hari nanti membasi, bila adapun pencapaian tertingginya hanyalah
menjadi bunga mimpi di negeri imaji.
Apabila pengalaman adalah guru terbaik, sudahkah manusia
telah mempersiapkan diri agar mampu menerima & mempelajari sebaik-baiknya? Selayaknya
menjaga harga diri sebagai makhluk yang diberkahi daya eksplorasi &
kemampuan berliterasi untuk memahami & mempelajari sekaligus mencari solusi
dari berbagai sisi.
Apakah mungkin selama ini kita nyaman untuk bersikap
hanya pasrah & berserah diri terhadap hagemoni dalam intisari histori, dan
hanya bisa berkata setuju sambil tertunduk & mengangguk atas setiap teori
yang telah dimanipulasi untuk disuguhi kepada kita sejak dini hari atau mungkin
semenjak dari cabang bayi, yang masih kita adopsi sebagai nilai kebenaran
sampai terbaring di liang lahat pada suatu hari nanti.
Apakah manusia masih butuh waktu lebih lama lagi? untuk
menanamkan sebuah kesadaran massal bagi generasi yang hampir mati tenggelam
dalam propaganda teragenda aliansi media dan televisi, yang kian menjelma
menjadi tuhan pola pikir yang telah diadopsi menjadi nilai hakiki dan pedoman
umum setiap pribadi, dan bagi siapapun yang menagih hak asasi sudah seharusnya bersiap
dengan konsekuensi hukuman mati karena memilih berbeda di tengah lautan
keseragaman yang dipaksakan.
0 komentar:
Posting Komentar