Bermula dari terbebani oleh ketidakmungkinan dan ke tidak cocokan dari segi teori, tanpa rasa ragu serta mengesampingkan rasa malu, aku memberanikan diri untuk mengajakmu bicara pertama kali pasca sekian lama aku memperhatikan dirimu yang sering kali terlihat memilih diam dan memisahkan diri dari kerumunan yang membuatmu menjadi perempuan yang penuh tanda tanya bagi diri ini.
Mohon maaf bilamana aku sering kali membuatmu risih dengan
segala upaya dan cara yang aku usahakan demi bisa berkomunikasi dan berbagi
cerita denganmu, yang menempatkan ku sebagai orang yang bertanggung jawab atas
setiap tersitanya waktu, tenaga dan pikiranmu untuk berkecimpung ke dalam absurditas
bersama dengan ku.
Seiring waktu berjalan dan secara perlahan kabar dari
dirimu telah menjelma menjadi sesuatu yang begitu berarti dan selalu kunanti, walau
hanya sekedar berbagi kabar basa-basi atau sekedar obrolan singkat di tengah
malam walau saat itu mata telah lelah sekarat dan layar handphone tidak lagi
bersahabat untuk terus ditatap.
Lantas atas segala kedekatan yang telah terjadi di antara
kita, aku tidak sanggup lagi untuk terus menahan rasa dan pada akhirnya tiba
hari di mana aku mengutarakan segalanya tentang rasa dan perasaan yang aku jaga
untuk terus tumbuh sejak kali pertama aku memberanikan diri untuk mengajakmu
bicara dan berjalan bersama untuk menghabiskan waktu bersama.
Jawaban dari mu kala itu menyadarkanku bahwa kalkulasi
diatas kertas secara teori kadang kali tidak akurat dalam hasilnya jika itu dalam
konteks romansa, aku belajar bahwasanya saling memahami dan menerima adalah
prioritas teratas dan saling mendukung satu sama lain adalah bentuk penyikapan
berkelas untuk siapapun yang berproses dalam segala hal dan salah satunya adalah
romantika di antara kita.
Namun kini saatnya kembali menjalani dan menerima realita
bahwasanya aku dan kamu kini tidak lagi bersama, karena sudah seharus menyatu
tanpa paksaan dan melepas dengan keterbukaan, sebab kita adalah sama-sama tokoh
utama yang tetap harus melanjutkan jalan cerita agar berakhir bahagia.
0 komentar:
Posting Komentar