Selamat malam wahai diriku, yang terbentuk dari segala maksiat dan nafsu dunia yang sesat, sebagai pendosa yang giat mengeksplorasi selak-beluk sisi baik dan buruk dunia serta manusianya.
Maka tibalah kita di salah satu bagian paling rumit dan
absurd dalam roda komedi kehidupan yaitu cinta, kita sudah lelah berkelana
mengarungi lembaran-lembaran buku untuk mencari tau makna dan definisi murni “Cinta
Sejati” antar manusia.
Kita berdua memiliki rasa penasaran yang amat kuat terhadap
definisi “Cinta” yang sampai kini belum terjawabkan, bahkan kita berdua pernah
bersepakat bahwa cinta sama halnya seperti narkotika
Tentu saja kita punya alasan yang kuat untuk menyamakan
cinta dan narkotika, dengan mengamati peristiwa di lingkungan sekitar dan tiba-tiba
terdengar kabar di televisi tentang pembunuhan dengan latar belakang rasa
cemburu, bagai kartel narkoba yang saling sikut memperebutkan plaza, dari situ
kita berdua berani menyimpulkan bahwa cinta adalah narkotika bagi jiwa dan raga,
Maka kita percaya dan sepakat bahwa.
Siapapun bisa membunuh karena cinta, walau tujuan dari
cinta adalah menyatukan, siapapun bisa kecewa karena cinta, walau tujuan dari
cinta adalah membahagiakan, siapapun bisa berkhianat karena cinta, walau tujuan
dari cinta adalah mempercayakan. Dan siapapun harus merelakan walau tujuan dari
cinta adalah memberikan harapan.
Wahai diriku, sepertinya kita telah menemukan titik buntu
dalam pencarian kita tentang definisi “Cinta Sejati”, maka mari kita coba
belajar dari alam untuk mencari definisi cinta sejati dan mulai bertanya.
Apakah cinta sejati seperti matahari dan bulan yang saling mengisi peran dalam ikatan sistem tata surya yang sempurna?
Apakah cinta sejati seperti Karang yang berdiri tegak dan
menetap, walau dihajar ombak setiap waktu tanpa pernah merasa bosan?
Apakah cinta sejati seperti Pohon yang menjadi rumah bagi
burung-burung tanpa mengharapkan timbal balik?
Apakah cinta sejati seperti Ruang dan Waktu yang selalu bersama menyaksikan setiap peristiwa kehidupan di dunia?
Wahai diriku, maafkanlah aku telah mempersulitmu dalam
perjalanan kita terhadap pencarian definisi “Cinta Sejati” , selagi kita masih
mempunyai jatah usia yang diberi sang ilahi, mari kita eksplorasi kembali
bagian-bagian yang terlewat yang belum kita pahami , karena kita berdua yakin
bahwa “Cinta” adalah hak bagi setiap individu dan mempelajari serta mentafsir
lebih lanjut tentang “Cinta” adalah kebebasan.
0 komentar:
Posting Komentar