Hingga hari ini aku sering kali bertanya-tanya tentang apa bagian terpenting dari menjadi manusia. Ada yang berkata bahwasanya hidup menjadi manusia adalah sebaik-baiknya memberi dan mengasihi. Dan dalam versi lain ku baca bahwasanya menjadi manusia ialah menerima dan menjalani apa yang telah terjadi baik itu nasib maupun takdir yang telah ditentukan oleh sang Ilahi.
Namun pada akhirnya dalam lautan bahasa aku menemukan kata
sempurna, yang sejauh ini difungsikan untuk mendeskripsikan sebuah imaji utopis
yang tidak dapat seorang manusia untuk raih. Seakan sempurna ialah puncak
tertinggi dalam standarisasi kehidupan menjadi manusia, untuk mencapai sempurna
dan dilanjut kembali dengan disempurnakan.
Setelah ku pelajari lebih jauh tentang apa itu kesempurnaan
ternyata ada sebuah bagian penting yang tertinggal, bahwa sempurna selalu erat
dengan kekurangan. Keduanya membawa ku untuk melihat lebih jauh lagi sebuah
aspek kekurangan dan kesempurnaan yang telah aku temui selama hidup di dunia
ini, membuat ku bergegas pergi mencari arti dari setiap tragedi dan komedi
dalam riwayat hidupku ini.
Dalam manusia kesempurnaan dan kekurangan bagaikan bagian
puzzle yang terpisahkan dan setiap manusia mempunyai spesifik tersendiri dalam
dirinya, dengan demikian menempatkan setiap manusia mempunyai bagian porsi kekurangan
dan kesempurnaannya tersendiri, lantas apa fungsi bahagia jika manusia dalam
hidupnya dibayang-bayangi oleh imaji kesempurnaan dan belenggu kekurangan.
Sekiranya sudah cukup sampai di sini mendefinisikan kosa kata
kesempurnaan dan kekurangan, kini akan dilanjutkan dengan rentetan aksi
mutilasi histori pengalaman hidup dari diri sendiri maupun orang lain, yang
telah memberi banyak pembelajaran yang aku dapatkan dari buka obrolan di kala
kota terlalu berdosa dan luka begitu mendalam di dalam sukma.
Aku menyangka apakah Tuhan dengan sengaja menciptakan
berbagai macam bentuk rentetan problematik duka yang tersembunyi di dalam
kapasitas setiap ciptaannya?. Entah apapun jawaban darinya kelak semoga ia
dapat lekas menjawabkan dengan berbagai cara yang entah bagaimana akan ia
tunjukan kepada ku dengan kuasanya.
Kali pertama aku percaya selain diberi kesempurnaan oleh
Tuhan atas nafsu, raga dan akal, bahwa kesempurnaan yang datang setelahnya bagi
manusia ketika lahir hidup dan datang di dunia adalah keluarga. Karena anggapku
di sana semuanya dimulai, keluarga yang akan membentuk seorang bayi menjadi sesuatu
di kala waktu bagi dirinya telah tiba.
Tidak lain menurut ku keluarga adalah suatu bentuk
kesempurnaan universal yang setiap orang akan punya dalam hidupnya, namun fakta
yang ku temui seiring berjalannya waktu. Dari yang ku dapat sejauh mata melihat
dan setiap sesi berbagi cerita Tuhan seakan ingin menunjukkan warna-warni duka
yang ada di setiap diri manusia dalam berkehidupan di dunia.
Nyatanya tidak semua orang mempunyai keluarga dalam
definisi sempurna yang di dalamnya terkandung kebahagiaan dan keharmonisan,
namun perihal tersebut akan dibagi menjadi masalah waktu. Ada yang dihadapkan
dengan kelahiran tanpa seorang ayah maupun ibu, ada yang dibesarkan tanpa
adanya kedua orang tua dan ada yang tumbuh dewasa melihat kedua orangtuanya
cekcok dan berujung menjadi saksi atas opsi keberpisahannya.
Kondisi keluarga seakan bukan hal pasti walau itu
satu-satunya harta terindah dan sumber kebahagiaan. Bahkan berkeluarga bisa
cenderung hanya karena manusia ingin memenuhi kebutuhan biologisnya semata. Dan
memicu munculnya fenomena di sudut-sudut kampung kota ini sebuah kelahiran
seorang bayi berakhir ditinggalkan sendirian di pinggiran jalan.
Bagi beberapa orang keluarga sempurna bukan tentang faktor
kelengkapan anggota keluarga, ada yang beranggapan keluarga sempurna ialah
tentang faktor tanggung jawab yang ada di dalamnya, ada yang percaya
keharmonisan adalah hal paling utama dalam keluarga. Sisanya menampatkan
definisi keluarga sempurna ialah tentang momentum dapat makan dan menghabiskan
waktu bersama-sama.
Namun kita tidak perlu mengambil peranan seakan menjadi sosok
manusia paling tangguh bila bicara keluarga. Karena di sana yang menjadi sebuah
awalan serta sejatinya lebih baik, untuk mengakui dosa kita atas sikap
kecemburuan emosional terhadap apa yang engkau dan aku tidak dapatkan dari
keluarga, lalu bergegas untuk dapat berdamai dengan diri sendiri untuk menerima
dan menjalani sebaik-baiknya.
Dalam mencapai kesempurnaan ada harga yang harus dibayarkan
baik dalam bentuk uang, waktu, dan tenaga. Demi zaman digital yang menampilkan
kemudahan dan segala macam bentuk kemewahan hidup, dari berbagai macam kanal
virtual yang perlahan menjelma menjadi candu bagai nikotin bagi alam khayal.
Uang bukanlah segalanya namun segalanya butuh uang, karena
ialah sebuah bentuk kesombongan spiritual ketika manusia berkata bahwasanya
tidak butuh uang dalam hidupnya. Bagaimanapun juga dalam kenyataan uang yang
menjalankan tatanan dan kehidupan bermasyarakat, bahkan lebih jauh dari itu
uang yang menentukan status sosial manusia dalam ranah lingkungan hidupnya.
Tidak jarang keadaan finansial menjadi tolak ukur
kesempurnaan dan kekurangan dalam hidup manusia, selayaknya dosa dan amal
ibadah, urgensi uang juga menyertai setiap keadaan manusia, menempatkan posisi
kita hari ini berdasarkan keadaan finansialnya, karena adalah fakta keadaan
finansial akan menentukan jalan keluar dari permasalahan yang sedang dihadapi.
Lihatlah ke wajah ibu kota berapa banyak mimpi yang kandas
karena biaya, tanyalah pada kaum pinggirian tentang biaya administrasi yang
merenggut jatah nasi. Setiap manusia mempunyai persoalannya tersendiri terhadap
ekonomi bahkan seorang Bankir masih pusing berpikir tentang bagaimana sebuah
cara baru untuk memonopoli arus transaksi yang terjadi tanpa engkau ketahui.
Sejatinya masing-masing dari kita mempunyai luka dan cara
mengobatinya tersendiri dalam menghadapi problematika keuangan, memanglah agak
sedikit menyedihkan bahwa faktor finansial dapat menentukan kesempurnaan dan
kesenangan, namun beginilah dunia dewasa tempat di mana ambisi dan harapan
ditata dan ditempa. Karena lahir dan hidup bertujuan untuk melihat kenyataan,
maka sepenuhnya percayalah perihal kemungkinan bahwa mimpi indah bisa terwujud.
Dan membandingikan keadaan tidak akan pernah menghasilkan apa-apa gapailah
kesempurnaan itu dalam versimu.
Sesekali aku belajar untuk berkaca kepada para wanita
kupu-kupu malam itu, tentang berapa banyak tamu yang harus ia jamu di setiap
malam minggu untuk bisa menghidupi diri, keluarga dan melunasi hutang yang ia
peroleh dari bandar sabu. Sepertinya dengan begitu aku bisa mengetahui
bagaimana prosess ia mencapai kesempurnaan dalam hidupnya meskipun terikat
dengan kekurangannya.
Dari itu semuanya cinta adalah bagian pelengkapnya, amatlah
sia-sia bila manusia melupakan unsur cinta dalam lanskap sanubari kesempurnaan.
Semua manusia berhak untuk jatuh hati, mencintai dan dicintai.
Lantas seperti apakah definisi kesempurnaan dalam cinta,
perlu diketahui percintaan mempunyai berbagai macam kemungkinannya. Dan yang
amatlah jelas cinta jauh lebih kejam dari pada perang, meski cinta adalah
saling melengkapi dan mengisi kekurangan yang ada antar pribadi, cinta tetaplah
berpotensi menjadi sumber konflik yang muncul jauh dari yang engkau prediksi.
Ada sebuah imaji yang tercipta dampak dari banyaknya serial
drama dan berbagai sumber literasi yang rutin engkau konsumsi, menggambarkan
kisah cinta yang amat sempurna. Sering kali membuat kali hati iri ketika membandingkannya
dengan keadaan diri sendiri dengan sebuah karya fiksi yang jatuhnya juga hasil interpretasi
imaji dari manusia yang menciptakannya.
Terkadang puisi-puisi terindah tentang cinta tercipta dari
orang yang paling tersakiti hatinya. Sepertinya sudah saatnya bagi kita untuk
segera berhenti menghisap candu imaji kesempurnaan cinta, karena perbedaan dan
keadaan akan menunjukan cara dan jalannya sendiri dalam menghidupi cinta sebaik-baiknya,
tanpa memaksakan kehendak pribadi kepada dia yang namanya terukir dalam hati.
Dalam berkehidupan kita tidak dapat membuat semua orang
bahagia dan suka atas apa yang telah terjadi, bangunlah kebahagiaan dan kesempurnaan
cintamu sendiri, engkaulah yang sepenuhnya mengerti dan akan menjalani untuk
menghidupi bibit-bibit kasih sebagai sepasang kekasih, walau ada opsi berpisah
di kemudian hari, maupun menjauh lusa nanti, semua harus jelas terdefinisi secara
pasti dari pada memendam dan mengubur kejujuran isi perasaan dirimu sendiri.
Percayalah kita semua dapat belajar dari Rahwana, untuk
membangun megahnya cinta meski berstatus bukan raja dan tanpa sebuah Istana.
Meski dari dalam diri sendiri masih menjadi tempat bersamayam bagi banyaknya kekurangan
dan keburukan yang ada maka abaikanlah. Orang yang jatuh cinta harus radikal sepenuh
akal dan tindakan untuk menggapai kesempurnaan cintanya.
0 komentar:
Posting Komentar