Jatuh hati adalah hak asasi bagi setiap manusia di bumi ini, maka dari itu semua akan ku coba untuk menguraikannya berdasarkan mata hati yang tidak terlihat mata namun selalu senantiasa merasa. Perihal harapan dan romansa beserta segala macam jenis rentetan konsekuensi yang ada padanya.
Sebuah perasaan yang terenkripsi itu perlahan terdefinisi
dalam suatu tingkah laku tak menentu. Dengan tanpa sengaja dan aku sadar secara
perlahan semua tentangnya ku tuliskan begitu lugas walau tanpa menyertakan sebuah
nama.
Kamar dan cahaya dari sang purnama menjadi saksi mata atas
bagaimana diriku mendefinisikan rasa tentang dirinya, aku kira semua yang
berhubungan dengannya hanya sekedar melintas dan hanya tinggal urusan sang
waktu untuk melupa.
Namun ternyata aku salah, dan terlalu sombong untuk
mengakuinya, padahalnya nyatanya itu semua telah membuat diriku makin jatuh terpesona
untuk menggali dan mengenali lebih jauh tentang dirinya.
Aku telah berdosa karena telah membohongi perasaanku
sendiri, maka dari itu sebagai gantinya ku ciptakan berbagai esai dan puisi
untuk salah satu penduduk bumi yang telah mengetuk jauh ke dalam hati.
Walau hanya berfungsi sebagai eksplanasi isi hati namun
biarlah itu semua tetap terjaga di dalamnya, ku titipkan pada setiap huruf dan
kata pada setiap kalimat beserta bait-baitnya sambari berharap di suatu hari ia
membaca dan menyadarinya.
Secara terus-menurus tanpa bosan ini adalah perulangan yang
di mana aku nikmati untuk menyampaikan segalanya, sebab telah ku percayakan
semuanya kepada Tuhan beserta rentetan seni dan sistem bahasa yang ada untuk
mencapai dirinya.
Meski ada yang beranggapan ini adalah suatu upaya tanpa
guna, namun biarlah yang penting asa ku tetaplah terjaga meski dalam berisiknya
dengkuran penghuni dunia yang senantiasa hanya menunggu sebuah hasilnya.
Karena dalam benak kepalaku di sana terukir gagah suatu
gagasan bahwa tidak ada yang salah tentang bagaimana cara menghidupi cinta
selebihnya hanya masalah norma yang akan menentukan benar dan salahnya.
Walau caraku tidaklah biasa namun jauh dalam hati aku ingin
seperti yang pak Sapardi kata untuk dapat “mencintaimu dengan sederhana” ,
meski harus menghadapi berbagai macam rentetan kemungkinan suka dan duka yang
begitu rumitnya.
Namun bila adanya sebuah celah kemungkinan yang membuat
keadaan menjadi tidak memungkinkan, maka jalan bagiku selanjutnya adalah
mencari kemungkinan meski di dalam ruang ketidak mungkinan sampai tidak ada
lagi alasan untuk berkata lagi tidak mungkin.
Benar adanya bahwa jatuh hati mempunyai konsekuensinya
tersendiri, maka dari itu selagi konsekuensi itu belum datang menghampiri aku
akan mengarungi berbagai macam opsi kemungkinan dalam sebaik-baiknya cara mencintai.
Aku ingin mencintaimu meski nasibku begitu brutal meskipun
harus berkelahi dengan nasib sang ilahi. Selagi aku masih mampu berdiri dan
mengimplementasikan cinta pada rentetan proses diri dalam menjalani hari-hari
yang tidak selalu pasti.
Selagi masih ada hari di mana matahari dan bulan masih saling
bertransisi untuk mensponsori keinginan isi hati. Aku pastikan semua
terdefinisi dengan upaya untuk mencapai suatu bentuk kepastian.
Dan juga apapun bentuk jawaban dari atas apa yang telah ku
upayakan, dengan sepenuh hati aku akan menerima sebaik-baiknya tanpa adanya dendam
maupun ketercewaan. Karena itu adalah salah satu dari sekian banyak konsekuensi
yang harus diterima dalam hubungan antar manusia.
Tanpa adanya sebuah mantra yang jelas ku ingin kau mengerti
adalah bahwa aku ingin mencintaimu dengan sepenuhnya seperti aksara mempunyai
dalamnya makna yang memberi suatu kalimat sebuah nyawa dikala membacanya.
Lewat ini aku masihlah tetap terjaga dari gunjingan dunia
yang senantiasa berkata bahwa cepat atau lambat semua upaya akan berakhir di
tempat sampah dan hanya meninggalkan lara belaka.
Namun ku harap engkau tahu bahwa aku tidak perlu menunggu badai menimpa pondok dan turunnya salju untuk sebuah waktu yang tepat untuk mencintai, sebab tidak ada waktu yang terlalu awal maupun terlambat untuk apapun yang ingin aku lakukan. Namun dalam cinta aku khawatir terlambat aku kalah cepat.
0 komentar:
Posting Komentar