Bila katanya bumi Pasundan lahir ketika Tuhan sedang tersenyum maka sepertinya tuhan melahirkan tanah Kolombia selagi berduka, ketika Tuan menjelma menjadi Tuhan yang saling berlomba dalam memperebutkan dan mempertahankan tongkat-tongkat kekuasaan, dan kekerasan beserta korupsi telah berubah nama menjadi sarapan bagi kami yang senantiasa menjadi bahan baku penindasan oleh preman dan hooligan.
Bagaikan sebuah pentas yang dengan sengaja membuat
perbedaan kelas antara si kaya dan si miskin sangat terlihat jelas, walau umur
sama-sama menua namun tetap kumpul uang melebihi keperluan sampai tujuh
keturunan, sehingga mengabdi pada suatu Tuan dan meninggalkan ajaran dan
perintah Tuhan adalah keputusan bijaksana.
Karena segala macam kejahatan menjadi asupan bagi
hari-hari kami yang terpaksa kami hadapi demi memperoleh sesuap nasi, membuat banyak
dari kami bersedia untuk mengabdi sekaligus berpartisipasi demi memperoleh
jaminan keesokan hidup di kemudian hari, karena mungkin ini adalah salah satu
cara pintas demi kehidupan kami agar lebih pantas.
Persetan perintah dan ajarah Tuhan sejak kenyataan telah memperlihatkan
bahwa dengan menjalankan perintah Tuan adalah jawaban bagi perut yang
kelaparan, kini pembunuhan, penyiksaan dan pemerkosaan adalah cara kami
beribadah atas nama Tuan yang kami abdi dan yakini, persetan hak asasi dan aksi
demonstrasi karena bagi kami hal tersebut hanya komedi tanpa arti.
Kami rela mati atas nama Tuan sebagai harga yang menurut
kami kurang sepadan atas rumah, makanan dan segala macam kebaikan hati yang telah
Tuan berikan, kami berserah diri atas konsekuensi setiap tunggal nyawa dalam
kemudi Tuan, kehidupan dan kematian tergantung atas keinginan Tuan dalam
memberikan keputusan bagi kami dalam melakukan tindakan.
Namun kini Tuan telah dimanusiakan ketika selongsong
peluru bersemayam gagah di tubuhnya, lantas sekarang untuk siapakah hidup kami
di kemudian semenjak kepergian Tuan yang senantiasa memberi kami bimbingan dan
perlindungan, apakah sudah seharus bagi kami kembali mengabdi dan mengimani
Tuhan walau kenyataan malaikatnya hanya datang pada kami yang sekarat
menghadapi kematian?
0 komentar:
Posting Komentar