ibunda

Senin, 09 September 2024

To Mama

kuingin mengabadikanmu sepenuhnya

sebagaimana Arca Kertanegara di Surabaya 

tak banyak rencana yang mungkin aku bisa

karena bagimu aku tetaplah anak tak berdaya


kasihmu akan abadi sepanjang masa

namun aku merasa semua terdefinisi tuntas di kala

dongeng pertama yang engkau baca

judul buku pertama yang engkau beri jauh sebelum saya bertemu dengan layar kaca


tentang malam yang bersama kita habiskan 

membujuk rezeki di pusat Jakarta pinggir jalanan

segala persoalan bersama kita dihadapkan

tentang keuangan hingga Preman


di dunia aku ingin agar kau hidup lebih lama

agar dapat melihatku di sini berprosess tumbuh dan menua

entah nanti aku menjadi seperti yang engkau damba

atau berakhir menjadi korban kebrutalan polisi dan tentara


hidup bukanlah tentang seremoni keberhasilan

namun juga tentang merayakan kegagalan

tapi lebih dari itu ada sebuah alasan 

untuk bersama menghadapi yang diluar dugaan


aku tak pernah bermaksud menyakitimu

namun salahkah bila aku bertanya

apakah manusia dan tata krama masih ada esensinya? 

jika Iya mengapa manusia begitu bengisnya?


seperti penggusuran yang memberikanmu air mata

lantas pedoman apa yang harus aku percaya?

kala kesulitan hidup tak lebih teater sandiwara semata

apakah palu dan arit akan menjadi jawabnya?


entahlah aku hanyalah anakmu semata

yang hanya mengenal dunia dalam dua warna

tangis dan marah, maki dan dusta

meski di sana masih tersisa kasih dan cinta


kau mengajari ku tentang titik zero

aku hanya tersenyum bagai Augustus Pablo

membiasakan membangun dari berangkal

meski tersungkur dan kembali memulai dari awal


apa yang kau tanam kini datang 

bukan melulu soal uang

namun semangat untuk berjuang

saat orang berkata bahwa saya tidak mempunyai peluang


kau tersenyum kepadaku 

tapi di matamu ada tatap pilu

lalu kau dekapku dipelukmu

kau berbisik kepadaku


maaf nak bila hidupmu penuh dengan duka 

tidak seharmonis  keluarga di rumah tetangga

namun semua ada skenarionya

dan kita adalah tokoh utama dalam ceritanya


aku ingat tempat tinggal kita pertama

di sebuah jalan Cikarang pada belokan pertama

yang kita harap akan menjadi tempat bersama

sebuah keluarga kecil sederhana untuk menua bersama


ternyata hidup mempunyai beragam skenarionya

dan perpisahan yang dibenci oleh Tuhan 

telah dipilih untuk menjadi jawabannya

dan setelahnya urusan menerima keadaan


meski bahagia adalah hak setiap manusia

mencapai bahagia mempunyai harga dan caranya

mencoba untuk menerima dan berkompromi

terhadap hidup dan kenyataaan yang sulit untuk diterima dan dimengerti


meski sulit aku akan terus hidup dengan imaji

melontarkan luka ke dalam bait puisi

mengkonversi sedih menjadi simfoni

menghidupi sepi dengan menikmati sunyi


aku akan menjaga senyummu

agar tidak layu menjadi palsu

aku berjanji untuk setiap haru

akan menjadi harapan baru 


tersenyumlah untuk hari ini

tersenyumlah untuk esok hari

tersenyumlah untuk seterusnya

karena ada september yang menantimu di tahun selanjutnya

0 komentar:

Posting Komentar